Senin, 27 Agustus 2012

Cara Menghilangkan pesan com Surrogate has stopped working

Cara Menghilangkan pesan com Surrogate has stopped working di windows Vista


Baru saja saya menghadapi pesan com Surrogate has stopped working awalnya pesan ini saya biarkan, tapi lama kelamaan pesan ini tampil trus dan makin bnyak, akhirnya saya browsing di internet dan saya menemukan solusinya.
pesan com Surrogate has stopped working muncul karena
- Software/aplikasi yg terinstal di komputer kita tidak suport dengan vista
- file dllhost.exe harus di setting.

nah silahkan anada ikuti solusi untuk menghilangkan pesan com surrogate has stopped
1. klik start => pilih computer => pilih propertise
2 Pilih advance setting, lalu di bagian advance pilih settings
3 Pilih “Data Execution Protection” tab, lalu click “Turn on DEP for all programs and services except those I select”
4 Click pada the Add button, kemudian browse ke C:\Windows\System32\dllhost.exe
5 Click Open, lalu OK.
6 Berdo'a sesuai agama anda. hehehehehe





Rabu, 05 Oktober 2011

ASUS A43E


PlatformNotebook PC 
Processor TypeIntel Core i3 Processor 
Processor OnboardIntel® Core™ i3-2310M Processor (2.10 GHz, Cache 3M) 
ChipsetIntel® HM65 
Standard Memory2 GB DDR3 PC-10600 
Max. Memory8 GB (2 DIMMs) 
Video Type
  • Intel® GMA 6000 HD  
 
Display Size14" WXGA LED 
Display Max. Resolution1366 x 768 
Display TechnologyLED backlight 
Audio TypeIntegrated 
Speakers TypeIntegrated 
Floppy DriveOptional 
Hard Drive Type500 GB Serial ATA 5400 RPM 
Optical Drive TypeDVD±RW 
NetworkingIntegrated 
Network Speed10 / 100 Mbps 
Wireless Network TypeIntegrated 
Wireless Network ProtocolIEEE 802.11b, IEEE 802.11g, IEEE 802.11n 
Keyboard TypeQWERTY 82 keys 
Input Device TypeTouch Pad 
Interface Provided3x USB 2.0, VGA, HDMI, LAN, Audio 
O/S ProvidedPre-sales Request Available 
Battery Type Rechargeable Lithium-ion Battery 
Power SupplyExternal AC Adapter 
Weight2.2 kg 
Standard Warranty2-year Limited Warranty by Authorized Distributor 
Bundled PeripheralsOptional 
Package ContentsContents may vary 

Minggu, 24 April 2011

ayat ayat dusta

Siang itu ada begitu banyak orang bergerombol di dalam bus itu. Sekumpulan pemuda berkelakar saling melontarkan ejekan antar sesama temannya. Di sudut lain nampak seorang ibu yang sudah telihat kumal dan letih karena hawa panas yang begitu menyengat.
Akhirnya tibalah bus di terminal pemberhentian terakhir. Di dalam terminal yang kumuh itu, ada seorang pemuda berambut ikal yang tengah asik membaca al-quran di sela-sela penantian bus. Ia memakai baju koko lengkap dengan celana dasar dan peci khas pak haji dari Makkah. 
Begitu bus ini datang semua orang berebut menaiki bus. Ada seorang gadis yang kakinya terinjak oleh pemuda tadi. Dia begitu marah pada pemuda itu. Entah apa penyebabnya sehingga dia seperti orang kesurupan memaki sang pemuda. Namun sang pemuda hanya bisa meminta maaf dan meminta maaf, karena memang ia tidak sengaja menginjak kaki sang gadis.
Sang pemuda akhirnya berlalu meninggalkan celotehan sang gadis. Sang pemuda akhirnya naik ke atas bus dan melemparkan pandangan ke sekeliling ruangan di dalam bus, dengan niat mencari tempat duduk.
sebuah kursi kosong di bagian belakang tersisa. Ia pun akhirnya duduk di sana.
Bus pun berangkat meninggalkan terminal.
Tidak cukup lima menit, seorang ibu tua renta naik k dalam bus. Melihat ibu tua itu, sang pemuda tidak tega, ia teringat akan ibunya di kampung halaman. Dengan rela akhirnya sang pemuda memberikan kursi yang ia tumpangi tadi kepada Ibu tua tersebut.
Sambil melewati jalan-jalan kota itu, sang pemuda selalu menyempatkan membaca Alquran dalam kedaan berdiri.
Tidak terasa mungkin sudah sampai dua juz ia membaca alquran dalam waktu tiga jam semenjak di terminal tadi. Seorang bapak tua yang berbadan besar tiba-tiba berjalan menyeruduk sang pemuda. Kakinya terinjak, Alquran itu pun terjatuh dari genggaman sang pemuda. Namun sang bapak tidak hirau. Ia berlalu dengan cuek meninggalkan sang pemuda ke arah depan bus.
Sang pemuda pun akhirnya hanya bisa mengurut dadanya sambil mengambil mushaf alquran yang terjatuh.
Tidak lama kemudian, dari arah depan bus ada seseorang yang ingin turun. Itu artinya dia berkesempatan untuk kembali duduk melanjutkan bacaan alqurannya.Namun ternyata di sebelah sang pemuda ada seorang wanita yang tengah berdiri sambil menggendong anaknya. Hati sang pemuda bergeming, ia teringat akan saudaranya yang tengah mempunyai anak bayi seperti halnya orang itu. Kemudian dia mempersilahkan wanita itu duduk di bangku tersebut.
Tak terasa beberapa menit kemudian sang pemuda sampai di tujuan. 
Ia turun dari bus dengan harapan yang amat besar. Menepati sebuah janji.

Ia taruh qurannya di dalam tas sandangnya. Tidak sabar dia menanti kehadiran orang yang ia jemput jauh-jauh. Sekitar setengah jam menunggu, tiba-tiba handphonenya bergetar.
ternyata ada sebuah sms yang masuk. Isinya:

" Salam...afwan ana tak bisa datang. ada urusan yang lebih penting yang harus ana selesaikan. kapan-kapan saja lagi ya. ntar ana kabari lagi. skali lagi afwan."

Hati sang pemuda tak bergeming. Ada raut kekecewaan di wajahnya. Karena banyak hal yang telah ia korbankan demi hari itu.

Ia teringat akan perkataan Allah Taala :
"....boleh jadi apa yang kamu benci itu adalah baik bagi kamu,
dan boleh jadi apa yang kamu cintai itu adalah buruk bagi kamu, 
Allah Maha Mengetahui dan kamu tidak mengetahui apa-apa".

dengan rasa kecewa, sang pemuda akhirnya pulang. 


(is written by : Muhammad Zakaria Darlin)

------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------
* jujur itu pahit
jujur itu tidak selalu membawa keuntungan
jujur terkadang membawa kesengsaraan
ada banyak orang yang hebat, tapi bukanlah seorang yang jujur
jujur adalah kadar keikhlasan yang tidak ada timbangannya
dan jujur adalah seutas tali panjang yang harus dititi oleh setiap manusia
apakah dia sampai pada tujuan berupa "kepercayaan dari orang lain"
ataukah mendapat cap " sebagai seorang yang tidak bisa dipercaya"

jangan pernah menanamkan perjanjian yang tidak ada realisasinya...
jadilah seorang yang jujur pada diri sendiri... jujur pada orang lain...

karena dengan jujur lah Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul
karena jujurlah Yusuf menjadi seorang Raja
dan kerana kebohonganlah Syaithan diusir dari Syurga...

Kamis, 17 Maret 2011

PENGARUH SISWA TERLAMBAT TERHADAP PRESTASI BELAJAR

BAB 1

PENDAHULUAN


LATAR BELAKANG
Pengertian dari "SISWA" adalah seorang anak yang menuntut ilmu menurut STRUK, D.J. (1950) : Lectures on classical Differential Geomtry,
Addison – Wesley Press. Sedangkan "SEKOLAH" adalah salah satu tempat untuk menuntut ilmu menurut WEATHERBRUN, C.E. (1971) : Differential Geometry Of Three
Dimensions,Cambridge University Press. Dan pengertian dari "TERLAMBAT" adalah datang tidak pada waktunya, menurut WILIMORE, T.J. (1959) :An Introduction to Differential
Geometry, Oxford University Press. Peneliti tertarik memilih judul ini karena ingin mengetahui berapa besar pengaruh siswa terlambat terhadap prestasi belajar. Dengan populasi yaitu siswa kelas 9d dengan sampel 5 orang siswa kelas 9d.
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Mojokerto Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2008/2009. Dengan alamat Jln. A. Yani No. 15 Telp (0321) 322746.


RUMUSAN MASALAH

Pembuatan masalah sangat penting bagi penulis agar tidak lepas dari ruang lingkup yang menjadi alternative.
Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam tugas ini adalah:
“Apakah pengaruh terbesar siswa 9D yang terlambat terhadap prestasi belajar di SMPN 2 Mojokerto pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2008/2009?”


TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mengatasi siswa terlambat kelas 9D SMPN 2 Mojokerto pada Semester ganjil Tahun Pelajaran 2008/2009.

MANFAAT PENELITIAN

Para Guru SMPN 2 Mojokerto dapat mengetahui langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi siswa yang terlambat.


BAB II

KONTEK IMPLEMENTASI


Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Mojokerto Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2008/2009. Dengan alamat Jln. A. Yani No. 15 Telp (0321) 322746.
Salah satu pengertian dari “SEKOLAH” sendiri adalah tempat untuk menuntut ilmu.

RENCANA PENELITIAN

Pada tanggal 11 November 2008, meminta izin kepada wali kelas untuk meneliti siswa yang terlambat, yang bertempat di SMPN 2 Mojokerto.
Pada tanggal 12-14 November 2008, meneliti siswa 9D yang terlambat pada jam sekolah ataupun jam les pagi (jam ke 0).
Pada tanggal 14 November 2008, membuat konsep tugas TIK dari Bpk Suwanan.
Pada tanggal 16 Novembet 2008, meminta izin kepada orang tua untuk mengerjakan tugas ini di Jln. Raya Canggu, Dsn. Singopadu, Jetis, Mojokerto.

SIKLUS I

Rencana pertama untuk mengatasi siswa terlambat kelas 9D SMPN 2 Mojokerto pada jam sekolah ataupun jam les pagi (jam ke 0) adalah semua siswa yang terlambat akan di denda sebesar Rp. 10.000,00.
Semua siswa menyetujui hal itu akan tetapi dengan berjalannya waktu seluruh siswa 9D SMPN 2 Mojokerto melanggar itu semua.
Siswa 9D banyak yang terlambat ketika ada jam ke 0 yang dilaksanakan pada pukul 6.00 setiap hari Selasa sampai dengan Sabtu karena kebanyakan siswa banyak yang beralasan bangun kesiangan.

SIKLUS II

Dengan kurang berjalannya perjanjian bagi siswa yang terlambat, seluruh siswa kelas 9D membuat perjanjian baru yaitu bagi siswa yang terlambat lebih dari 5 menit, siswa tersebut tidak boleh mengikuti bidang study guru yang sedang mengajar di kelas 9D. Akan tetapi itu hanya berlaku pada tambahan pelajaran jam ke 0 pada pukul 6.00 yang dilaksanakan pada hari Selasa sampai dengan Sabtu. Pada jam pelajaran perjanjian dikenakan denda sebesar Rp. 10.000,00 masih tetap berlaku di dalam kelas.
Dengan adanya perjanjian itu, ada perubahan di dalam kelas 9D yaitu:
Siswa yang terlambat paling banyak sekitar 1 sampai 2 orang.


MENYUSUN HASIL PENELITIAN

MENGUMPULKAN DATA-DATA HASIL PENELITIAN

Penelitian yang dilaksanakan di SMPN 2 Mojokerto.

Merumuskan masalah terbesar yang terjadi karena siswa terlambat.

Langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi siswa yang terlambat.

Rencana penelitian yang disusun sesuai dengan jadwal pelaksanaan.

Faktor utama terjadinya siswa yang terlambat.


PENYUSUNAN LAPORAN HASIL PENELITIAN

Suatu penelitian sudah selesai dilakukan, maka harus membuat laporan hasil penelitian dalam bentuk tertulis. Laporan penelitian merupakan bentuk pertanggungjawaban. Ada berbagai versi laporan hasil penelitian tergantung dari lembaga ataupun pakar mana yang menulisnya. Sekalipun demikian ada benang merah dalam isi penulisan laporan, yaitu terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:
Laporan terdiri atas : Bagian I berisi Pendahuluan; Bagian II berisi DESKRIPSI; Bagian III berisi Hasil Penelitian dan Pembahasan serta Kesimpulan dan Saran.
Laporan hasil penelitian
contohnya sebagai berikut:
1.Judul
2.Pendahuluan
3.Latar Belakang
4.Rumusan Masalah
5.Tujuan Penelitian
6.Manfaat Penelitian
7.Deskripsi
8.Penelitian dan Pembahasan
9.Kesimpulan dan Saran


MENYUSUN KONSEP LAPORAN PENELITIAN
DAN
MENYUSUN LAPORAN AKHIR


Cara belajar pada dasarnya merupakan satu cara atau strategi belajar yang diterapkan siswa sebagai usaha belajarnya dalam rangka mencapai prestasi yang diinginkan. Penilaian baik buruknya usaha yang dilakukan akan tergambar dalam bentuk prestasi. Usaha atau cara belajar seseorang akan terlihat dari prestasi yang diperoleh oleh siswa tersebut. Sehingga prestasi belajar yang baik juga dipengaruhi oleh cara belajar yang baik pula.Sedangkan Slameto berpendapat bahwa”Banyak siswa dan atau mahasiswa gagal atau tidak mendapat hasil yang baik dalam belajar karena tidak mengetahui cara-cara belajar yang efektif”. Semakin baik siswa dalam mengetahui cara belajar yang baik maka kan baik pula prestasinya.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Hamalik yang mengemukakan “cara dan kebiasaan belajar yang tepat akan menentukan hasil yang memuaskan, sebaliknya cara belajar yang buruk akan memberikan hasil yang kurang memuaskan”.

Dengan memiliki cara belajar yang baik nanti akan terasa bahwa setiap usaha belajar selalu memberikan hasil yang sangat memuaskan, ilmu yang dipelajari dapat dikuasai sehingga ujian dapat dilakukan dengan berhasil. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan secara teoritis bahwa Ada Pengaruh Cara Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa.
Faktor terbesarnya adalah dapat menggangu konsentrasi belajar siswa karena datang terlambat, dalam arti siswa tergesa-gesa untuk berangkat ke sekolah dan sesampai di sekolah dia harus menaati perjanjian yang telah dibuatnya. Hal itu membuat dia semakin terganggu konsentrasinya.



BAB III

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


SIKLUS I

Rencana pertama untuk mengatasi siswa terlambat kelas 9D SMPN 2 Mojokerto pada jam sekolah ataupun jam les pagi (jam ke 0) adalah semua siswa yang terlambat akan di denda sebesar Rp. 10.000,00.
Semua siswa menyetujui hal itu akan tetapi dengan berjalannya waktu seluruh siswa 9D SMPN 2 Mojokerto melanggar itu semua.
Siswa 9D banyak yang terlambat ketika ada jam ke 0 yang dilaksanakan pada pukul 6.00 setiap hari Selasa sampai dengan Sabtu karena kebanyakan siswa banyak yang beralasan bangun kesiangan.


SIKLUS II



Dengan kurang berjalannya perjanjian bagi siswa yang terlambat, seluruh siswa kelas 9D membuat perjanjian baru yaitu bagi siswa yang terlambat lebih dari 5 menit, siswa tersebut tidak boleh mengikuti bidang study guru yang sedang mengajar di kelas 9D. Akan tetapi itu hanya berlaku pada tambahan pelajaran jam ke 0 pada pukul 6.00 yang dilaksanakan pada hari Selasa sampai dengan Sabtu. Pada jam pelajaran perjanjian dikenakan denda sebesar Rp. 10.000,00 masih tetap berlaku di dalam kelas.
Dengan adanya perjanjian itu, ada perubahan di dalam kelas 9D yaitu:
Siswa yang terlambat paling banyak sekitar 1 sampai 2 orang.

KESIMPULAN

Sesuai hasil penelitian saya dapat menyimpulkan bahwa siswa terlambat sangat besar pengaruhnya terhadap konsentrasi belajar karena dapat menggangu fikiran tentang materi yang sedang dibahas atau diterangkan oleh Bapak dan Ibu Guru.


SARAN

Bagi siswa yang sering terlambat setidaknya mengurangi tidur larut malam karena dapat munyusahkan diri sendiri untuk bangun lebih pagi dan juga sulit untuk mengikuti materi belajar dengan baik.

DAFTAR PUSAKA

1. STRUK, D.J. (1950) : Lectures on classical Differential Geomtry,
Addison – Wesley Press.
2. WEATHERBRUN, C.E. (1971) : Differential Geometry Of Three
Dimensions,Cambridge University Press.
3. WILIMORE, T.J. (1959) :An Introduction to Differential
Geometry, Oxford University Press

Kamis, 11 November 2010

Ciri-ciri Teori Konseling



I. Konseling Trait & Factor
(Wolter Bingham, John Darley, Donald G. Paterson, dan E. G. Williemson)
Menurut teori ini, kepribadian merupakan suatu system sifat atau factor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya seperti kecakapan,minat,sikap,dan tempramen.
Proses konseling dibagi dalam lima tahap sebagai berikut :
  1. Tahap Analisis
Tahap kegiatan yang terdiri pengumpulan informasi dan data mengenai klien.
  1. Tahap Sintesis
Langkah merangkum dan mengatur data dari hasil analisis yang sedemikian rupa sehingga menunjukkan bakat, kekuatan, kelemahan dan kemampuan penyesuaian diri klien.
  1. Tahap Diagnosis
Sebenarnya merupakan langkah pertama dalam bimbingan dan hendaknya dapat menemukan ketetapan yang dapat mengarah kepada permasalahan, sebab-sebabnya, sifat-sifat klien yang relevan dan berpengruh pada penyesuaian diri. Diagnosis meliputi :
  1. Identifikasi masalah yang sifatnya deskriptif misalnya dengan menggunakan kategori Bordin dan Pepinsky
Kategori diagnosis Bordin
a. dependence (ketergantungan)
b. lack of information (kurangnya informasi)
c. self conflict (konflik diri)
d. choice anxiety (kecemasan dalam membuat pilihan)
Kategori diagnosis Pepinsky
a. lack of assurance (kurang dukungan)
b. lack of information (kurang informasi)
c. dependence (ketergantungan)
d. self conflict (konlflik diri)
  1. Menentukan sebab-sebab, mencakup perhatian hubungan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan yang dapat menerangkan sebab-sebab gejala. Konselor menggunakan intuisinya yang dicek oleh logika, oleh reaksi klien, oleh uji coba dari program kerja berdasarkan diagnosa sementara.
  2. Prognosis yang sebenarnya terkandung didalam diagnosis misalnya diagnosisnya kurang cerdas pronosisnya menjadi kurang cerdas untuk pekerjaan sekolah yang sulit sehingga mungkin sekali gagal kalau ingin belajar menjadi dokter. Kalau klien belum sanggup berbuat demikian, maka Konselor bertanggung jawab dan membantu klien untuk mencapai tingkat pengambilan tanggung jawab. Untuk dirinya sendiri, yang berarti dia mampu dan mengerti secara logis, tetapi secara emosional belum mau menerima.
  1. Tahap Konseling
Merupakan hubungan membantu klien untuk menemukan sumber diri sendiri maupun sumber diluar dirinya, baik dilembaga, sekolah dan masyarakat dalam upaya mencapai perkembangan dan penyesuaian optimal, sesuai dengan kemampuannya. Dalam kaitan ini ada lima jenis konseling adalah :
    1. belajar terpimpin menuju pengertian diri
    2. mendidik kembali atau mengajar kembali sesuai dengan kebutuhan individu sebagai alat untuk mencapai tujuan kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya.
    3. Bantuan pribadi dan Konselor, agar klien mengerti dan trampil dalam menggunakan prinsip dan teknik yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
    4. Mencakup hubungan dan teknik yang bersifat menyembuhkan dan efektif.
    5. Mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau penyaluran
  1. Tahap Tindak Lanjut
Mencakup bantuan kepada klien dalam menghadapi maslaah baru dengan mengingatkannya kepada masalah sumbernya sehingga menjamin keberhasilan konsleing. Teknik yang digunakan harus disesuaikan dengan individualitas klien.
Teknik Konseling
1. Pengunaan hungan intim (Rapport), Konselor harus menerima konseli dalam hubungan yang hangat, intim, bersifat pribadi, penuh pemahaman dan terhindar dari hal-hal yang mengancam konseli.
2. Memperbaiki pemahaman diri, konseli harus memahami kekuatan dan kelemahan dirinya, dan dibantu untuk menggunakan kekuatannya dalam upaya mengatasi kelemahannya. Penafsiran data dan diagnosis dilakukan bersama-sama dengan klien dan Konselor menunjukkan profil tes secara arif.
3. Pemberian nasehat dan perencanaan program kegiatan. Konselor mulai dari pilihan, tujuan, pandangan atau sikap Konselor dan kemudian menunjukkan data yang mendukung atau tidak mendukung dari hasil diagnosis. Penjelasan mengenai pemberian nasehat harus dipahami klien.
Tiga metode pemberian nasehat yang dapat digunakan oleh Konselor :
a. Nasehat langsung (direct advising), dimana Konselor secara terbuka dan jelas menyatakan pendapatnya.
b. Metode persuasif, dengna menunjukan pilihan yang pasti secara jelas.
c. Metode penjelasan, yang merupakan metode ynag paling dikehendaki dan memuaskan. Konselor secara hati-hati dan perlahan-lahan menjelaskan data diagnostic dan menunjukan kemungkinan situasi yang menuntut penggunaan potensi konseli.
d. Melaksanakan rencana, yaitu Konselor memberikan bantuan dalam menetapkan pilihan atau keputusan secara implementasinya.
4. menunjukkan kepada petugas lain (alih tangan) bila dirasa Konselor tidak dapat mengatasi masalah klien.
Kontribusi yang diberikan oleh teori Trait & Faktor
1. Teori sifat dan faktor menerapkan pendekatan ilmiah kepada konseli.
2. Penekanan pada penggunaan data tes obyektif, membawa kepad aupaya perbaikan dalam pengembangan dan penggunaannya, serta perbaikan dalam pengumpulan dan pengunaan data lingkungan.
3. Penekanan yang diberikan pada diagnosis mengandung makna sebagai suatu perhatian masalah dan sumbernya dan mengarah pada upaya mengkreasikan teknik-teknik untuk mengatasinya.
4. penekanan pada aspek kognitif merupakan upaya menseimbangkan pandangan lain yang lebih menekankan aspek afektik atau emosional.
II. Konseling Rational Emotive
(Albert Ellis) dikenal dengan Rational Emotive Therapy (R.E.T)
Salah satu teori utama mengenai kepribadian yang ditemukan oleh Albert Ellis dan para penganut Rational Emotive therapy dikenal dengan “Teori A-B-C-D-E). teori ini merupakan sentral dari teori dan praktek RET. Secara umu dijelaskan dalam bagan sebagai berikut :
Komponen
Proses
A
Activity / action / agent
Hal-hal, situasi, kegiatan atau peristiwa yang mengawaliatau yang mengerakkan individu. (antecedent or activating event)
External event
Kejadian diluar atau sekitar individu
iB
rB
Irrational Beliefs, yakni keyakinan-keyakinan irasional atau tidak layak terhadap kejadian eksternal (A)
Rational Beliefs, yakni keyakinan-keyakinan yang rasional atau layak dan secara empirik mendukung kejadian eksternal (A)
Self verbalization
Terjadi dalam diri individu, yakni apa yang terus mnenerus ia katakan berhubungan dengan A terhadap dirinya
iC
rC
Irrational Consequences, yaitu konsekuensi-konsekuensi yang tidak layak yang berasal dari (A)
Rational or reasonable Consequences, yakni konsekuensi-konsekuensi rasional atau layak yang dianggap berasal dari rB=keyakinan yang rasional
Rational Beliefs, yakni keyakinan-keyakinan yang rasional atau layak secara empirik mendukung kejadian-kejadian eksternal (A)
D
Dispute irrational beliefs, yakni keyakinan-keyakinan irasional dalam diri individu saling bertentangan (disputing)
Validate or invalidate self-verbalization : yakni suatu proses self-verbalization dalam diri individu, apakah valid atau tidak.
CE
Cognitive Effect of Disputing,yakni efek kognitif yang terjadi dari pertentangan (dispating) dalam keyakinan-keyakinan irasional.
Change self-verbalization, terjadinya perubahan dalam verbalisasi dari pada individu.
BE
Behavioral Effect of Disputing yakni efek dalam perilaku yang terjadi dalam pertentangan dalam keyakinan-keyakinan irasional diatas.
Change Behavior, yakni terjadinya perubahan perilaku dalam diri individu
Tujuan konseling Rasional-Emotif
1. Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan self actualizationnya seoptimal mungkin melalui perilaku kognitif dan afektif yang positif.
2. Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti : rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, dan rasa marah. Konselor melatih dan mengajar klien untuk menghadapi kenyataan-kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan kepercayaan, nilai-nilai dan kemampuan diri sendiri.
Albert Ellis (1973) memberikan gambaran tentang apa yang dapat dilakukan oleh praktisi rasional-emotive yaitu :
a. Mengajak, mendorong klien untuk menanggalkan ide-ide irasional yang mendasari gangguan emosional dan perilaku.
b. Menantang klien dengan berbagai ide yang valid dan rasional.
c. Menunjukkan kepada klien azas ilogis dalam berpikirnya.
d. Menggunakan analisis logis untuk mengurangi keyakinan-keyakinan irasional (irrational beliefs) klien.
e. Menunjukkan bahwa keyakinan-keyakinan irasional ini adalah inoperative dan bahkan hal ini pasti senantiasa mengarahkan klien pada gangguan-gangguan behavioral dan emosional.
f. Menggunakan absurdity dan humaor untuk menantang irasionalitas pemikiran klien.
g. Menjelaskan kepada klien bagaimana ide-ide irasional ini dapat ditempatkankembali dan disubtitusikan kepada ide-ide rasional yang harus secara empirik melatar belakangi kehidupannya.
h. Mengajarkan kepada klien bagaimana mengaplikasikan pendekatan-pendekatan ilmiah, obyektif dan logis dalam berpikir dan selanjutnya melatih diri klien untuk mengobservasi dan menghayati sendiri bahwaide-ide irasional dan deduksi-deduksi hanya kan membantu perkembangan perilaku dan perasaan-perasaan yang dapat menghambat perkembangan dirinya.
III. Konseling Behavioral
(D. Krumboltz, Carl E. Thoresen, Ray E. Hosfor , Bandura, Wolpe dll)
Konsep behavioral : perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkresi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya.
Thoresen (shertzer & Stone 1980, 188) memberikan ciri-ciri konseling behavioral sebagai berikut :
1. Kebanyakan perilaku manusia dipelajari oleh sebab itu dapat diubah.
2. Perubahan-perubahan khusus terhadap lingkungan individu dapat membantu dalam mengubah perilaku-perilaku yang relevan. Prosedur-prosedur konseling berusaha membawa perubahan-perubahan yang relevan dalam perilaku klien dengan mengubah lingkungan
3. Prinsip-prinsip belajar spesial seperti : “reinforcement” dan “social modeling” , dapat digunakan untuk mengembangkan prosedur-prosedur konseling.
4. Keefektifan konseling dan hasil konseling dinilai dari perubahan dalam perilaku-perilaku khusus diluar wawancara prosedur-prosedur konseling.
5. Prosedurprosedur konseling tidak statik, tetap atau ditentukan sebelumnya, tetapi dapat secara khusus didesain untuk membantu klien dalam memecahkan masalah khusus.
Proses konseling
Menurut Krumboltz dan Thoresen (Shertzer & Stone, 1980, 190) konsseling behavior merupakan suatu proses membantu orang untuk memecahkan masalah.interpersonal, emosional dan keputusan tertentu.
Urutan pemilihan dan penetapan tujuan dalan konseling yang digambarkan oleh Cormier and Cormier (Corey, 1986, 178) sebagai salah satu bentuk kerja sama antara konselor dan klien sebagai berikut :
1. Konselor menjelaskan maksud dan tujuan.
2. Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil konseling.
3. Klien dan konselor menetapkan tujuan yang telah ditetapkan apakah merupakan perubahan yang dimiliki oleh klien.
4. Bersama-sama menjajaki apakah tujuan itu realistik.
5. Mendiskusikan kemungkinan manfaat tujuan.
6. Mendiskusikan kemungkinan kerugian tujuan.
7. Atas dasar informasi yang diperoleh tentang tujuan klien, konselor dan klien membuat salah satu keputusan berikut : untuk meneruskan konseling atau mempertimbangkan kembali tujuan akan mencari referal.
Metode yang dapat digunakan
1. Pendekatan operant learning hal yang penting adalah pengutan (reinfocement) yang dapat menghasilkan perilaku klien yang dikehendaki.
2. Metode Unitative Learning aau social modeling diterapkan oleh konselor dengna merancang suatu perilaku adaptif yang dpaat dijadikan model oleh klien.
3. Metode Cognitive Learning atau pembelajaran kognitif merupakan metode yang berupa pengajaran secara verbal, kontrak antara konselor dan klien, dan bermain peranan.
4. Metode Emotional Learning, atau pembelajaran emosional diterapkan pada individu yang mengalami suatu kecemasan.
IV. Konseling Psikoanalisa
(Sigmund Freud, Carl Jung, Otto Rank, William Reich, Karen Honey, Adler. Harry Stack Sullivan,dll)
Konsep Freud yang anti rasionalisme menekankan motivasi tidak sadar, konflik, dan simbolisme sebagai konsep primer. Manusia pada hakekatnya bersifat biologis, dilahirkan dengan dorongan-dorongan instingtif, dan perilaku merupakan fungsi mereaksi secara mendalan terhadap dorongan-dorongan itu. Manusia bersifat tidak rasional dan tidak sosial, dan destruktif terhadap dirinya dan orang lain. Energi psikis yang paling dasar disebut libido yang bersumber dari dorongan seksual yang terarah kepada pencapaian kesenangan.
Proses konseling
Tujuan konseling psikoanalitikadalah membentuk kembali struktur karakter individu dengan membuat yang tidak sadar menjadi sadar dalam diri klien.
  1. Proses konseling dipusatkan pada usaha menghayati kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman masa lampau ditata, didiskusikan, dianalisa dan ditafsirkan dengan tujuan untuk merekonstruksi kepribadian.
  2. Konseling analitik menekankan dimensi afektif dalam membuat pemahaman ketidak sadaran.
  3. Tilikan dan pemahaman intelektual sangat penting, tetapi yang lebih adalah mengasosiasikan antara perasaan dan ingatan dengan pemahaman diri.
  4. Satu karakteristik konseling psikonalisa adalah bahwa terapi atau analisis bersikap anonim (tak dikenal) dan bertindak sangat sedikit menunjukkan perasaan dan pengalamannya, sehingga dengan demikian klien akan memantulkan perasaannya kepada konselor. Proyeksi klien merupakan bahan terapi yang ditafsirkan dan dianalisia.
  5. Konselor harus membangun hunbungan kerja sama dengan klien kemudian melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan menafsirkan.
  6. Menata proses terapeutik yang demikian dalam konteks pemahaman struktur kepribadian dan psikodinamika memungkinkan konselor merumuskan masalah klien secara sesungguhnya. Konselor mengajari klien memaknai proses ini sehingga klien memperoleh tilikan mengenai masalahnya.
  7. Klien harus menyanggupi dirinya sendiri untuk melakukan proses terapi dalam jangka panjang. Setiap pertemuan biasa berlangsung satu jam.
  8. Setelah beberapa kali pertemuan kemudian klien melakukan kegiatan asosiasi bebas. Yaitu klien mengatakan apa saja ynag terlintas dalam pikirannya.
Teknik-teknik terapi
  1. Asosiasi bebas
  2. Interpretasi
  3. Analisis mimpi
  4. Analisis Resistensi
  5. Analisis transferensi (pemindahan)
V. Konseling Psikologi Individual
(Alfred Adler, Rudolph Dreikurs, Martin Son Tesgard, dan Donal Dinkmeyer)
Konstruk utama psikologi individual adalah bahwa perilaku manusia dipandang sebagai suatu kompensasi terhadap perasaan inferioritas (kurang harga diri). Istilah yang digunakan oleh Adler adalah “inferiority complex” untuk menggambarkan keadaan perasaan harga diri kurang yang selalu mendorong individu untuk melakukan kompensasi mencapai keunggulan. Perilaku merupakan suatu upaya untuk mencapai keseimbangan.
Kompleks rasa rendah diri (inferiority complex) menurut Adler berasal dari tiga sumber :
  1. Kekurangan dalam hal fisik
  2. Anak yang dimanja
  3. Anak yang mendapat penolakan
Proses Konseling
Tujuan konseling menurut Adler adalah mengurangi intensitas perasaan rasa rendah diri (inferior), memperbaiki kebiasaan-kebiasaan yang salah dalam persepsi, menetapkan tujuan hidup, mengembangkan kasih sayang terhadap orang lain, dan meningkatkan kegiatan.
Menurut Ansbacher & Anbacher (Shertzer & Stone, 1980, 204) ada tiga komponen pokok dalam proses konseling :
1. Memperoleh pemahaman gaya hidup klein yang spesifik, gejala dan masalahnya, melalui empati, intuisi dan penaksiran konselor. Dalam unsur ini konselor membentuk hipotesis mengenai gaya hidup dan situasi klien.
2. Proses menjelaskan kepada klien, dalam komponen ini hipotesis gaya hidup yang dikembangkan dalam komponen pertama harus ditafsirkan dan dikomunikasikan dengan klien sehingga dapat diterima. Psikologi individual menekankan pentingnya membantu klien untuk memperoleh tilikan terhadap kondisinya.
3. Proses memperkuat minat sosial, klien dengan menghadapkan mereka, secara seimbang, dan menunjukkan minat dan kepedulian mereka.
VI. Konseling Analisis Transaksional
(Eric Berne) pioner yang menerapkan analisa transaksional dalam psikoterapi.
Dalam terapi ini hubungan konselor dan klien dipandang sebgai suatu transaksional (interaksi, tindakan yang diambil, tanya jawab) dimana masing0masing partisipan berhubungan satu sama lain. Sebagai fungsi tujuan tertentu. Transaksi menurut Berne merupakan manivestasi hubungan sosial.
Berne membagi psikoterapi konvensional menjadi dua kelompok
1. Kelompok yangh melibatkan sugesti, dukungan kembali (reassurence), dan fungsi parental lain.
2. Kelompok yang melibatkan pendekatan rasional, dengan menggunakan konfrontasi dan interpretasi seperti terapi non direktif dan psiko analisa.
Proses Konseling
Tugas utama konselor yang menggunakan analisis transaksional adalah mengajar bahasa dan ide-ide sistem untuk mendiagnosa transaksi.
Konselor transaksional selalu aktif, menghindarkan keadaan diam yang terlalu lama, dan mempunyai tanggung jawab untuk memelihara perhatian pada transaksi.
Tujuan konseling adalah :
  1. Membantu klien dalam memprogram pribadinya.
  2. Klien dibantu untuk menjadi bebas dalam berbuat, bermain, dan menjadi orang mandiri dalam memilih apa yang mereka inginkan.
  3. Klien dibantu mengkaji keputusan yang telah dibuat dan membuat keputusan baru atas dasar kesadaran.
  4. Teknik-teknik daftar cek, analisis script atau kuisioner digunakan untuk mengenal keputusan yang telah dibuat sebelumnya.
  5. Klien berpartisipasi aktif dalam diagnosis dan diajar untuk membuat tafsiran dan pertimbangan nilai sendiri.
  6. Teknik konfrontasi juga dapat digunakan dalam analisis transaksional dan pengajuan pertanyaan merupakan pendeatan dasar.
  7. untuk berlangsungnya konseling kontrak antara konselor dan klien sangat diperlukan.
VII. Konseling Client Centered (Berpusat Pada Klien)
(Carl R. Roger) menurut Roger Konseling dan Psikoterapi tidak mempunyai perbedaan. Konseling yang berpusat pada klien sebagai konsep dan alat baru dalam terapi yang dapat diterapkan pada orang dewasa, remaja, dan anak-anak.
Pendekatan konseling client centered menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Konsep pokok yang mendasari adalah hal yang menyangkut konsep-konsep mengenai diri (self), aktualisasi diri, teori kepribadian,dan hakekat kecemasan. Menurut Roger konsep inti konseling berpusat pada klien adalah konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan perwujudan diri.
Proses konseling
  1. Konseling memusatkan pada pengalaman individual.
  2. konseling berupaya meminimalisir rasa diri terancam, dan memaksimalkan dan serta menopang eksplorasi diri. Perubahan perilaku datang melalui pemanfaatan potensi individu untuk menilai pengalamannya, membuatnya untuk memperjelas dan mendapat tilikan pearasaan yang mengarah pada pertumbuhan.
  3. Melalui penerimaan terhadap klien, konselor membantu untuk menyatakan, mengkaji dan memadukan pengalaman-pengalaman sebelunya ke dalam konsep diri.
  4. dengan redefinisi, pengalaman, individu mencapai penerimaan diri dan menerima orang lain dan menjadi orang yang berkembang penuh.
  5. Aawancara merupakan alat utama dalam konseling untuk menumbuhkan hubungan timbal balik.
Karakteristik konseling berpusat pada klien
  1. Fokus utama adalah kemampuan individu memecahkan masalah bukan terpecahnya masalah.
  2. Lebih mengutamakan sasaran perasaan dari pada intelek.
  3. Masa kini lebih banyak diperhatikan dari pada masa lalu.
  4. Pertumbuhan emosional terjadi dalam hubungan konseling.
  5. Proses terapi merupakan penyerasian antara gambaran diri klien dengan keadaan dan pengalaman diri yang sesungguhnya.
  6. Hubungan konselor dan klien merupakan situasi pengalaman terapeutik yang berkembang menuju kepada kepribadian klien yang integral dan mandiri.
  7. Klien memegang peranan aktif dalam konseling sedangkan konselor bersifat pasif reflektif.
VIII. Konseling / Terapi Gestalt
(dikembangkan oleh Frederick S. Peris 1989-1970) terapi ini dikembangkan dari sumber dan pengaruh tiga disiplin yang sangat berbeda yaitu :
1. Psikoanalisis terutama yang dikembangkan oleh Wilhelm Reih
2. Fenomenolohi eksistensialisme Eropa dan
3. Psikologi Gestalt
Peris menyatakan bahwa individu, dalam hal ini manusia, selalu aktif sebagai keseluruhan, merupakan koordinasi dari seluruh organ. Kesehatan merupakan keseimbangan yang layak. Pertentangan antara keberadaan sosial dan biologis merupakan konsep dasar terapi Gestaslt.
Proses Konseling
Tujuan utama konseling Gestalt adalah meningkatkan proses pertumbuhan klien dan membantu klien mengembangkan potensi manusiawinya.
Fokus utama dalam konseing Gestalt adalah membantu individu melalui transisinya dari keadaan yang selalu dibantu oleh lingkungan ke keadaan mandiri (selft-support).
Konselor membuat klien menjadi kecewa sehingga klien dipaksa untuk menemukan caranya atau mengembangkan potensinya sendiri.
Konsep utama terapi Peris adalah
8. Unfinished business yang tercakup didalamnya adalah emisi-emosi, peristiwa-peristiwa, ingatan-ingatan (memories), yang terhambat dinyatakan oleh individu yang bersangkutan.
9. Avoidance atau penghindaran adalah segala cara yang digunakan oleh seseorang untuk melarikan diri dari Unfinished business. Bentuk-bentuk avoidance antara lain phobia, melarikan diri, mengganti terapist, mengubah pasangan.
Garis-garis besar terapi Gestalt
1. Fase pertama : membentuk pola pertemuan terapeutik agar tercapai situasi yang memungkinkan perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien. Situasi mengandung komponen emosional dan intuitif.
2. Fase kedua : melaksanakan pengawasan , konselor berusaha meyakinkan atau memaksa klien mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan keadaan klien. Dua hal yang harus dilakukan :
· Menimbulkan motivasi pada klien.
· Menciptakan rapport yaitu hubungan baik antara konselor dan klien agar timbul rasa percaya klien bahwa segala usaha konselor itu disadari benar oleh klien untuk kepentingannya.
3. Fase ketiga : klien didorong untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada pertemuan-pertemuan terapi saat ini, bukan menceritakan masa lalu atau harapan-harapan masa datang.
4. Fase terakhir : setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang dirinya, tindakannya, perasaannya, maka terapi ada pada fase terakhir. Pada fase ini klien harus memiliki ciri-ciri yang menunjukan integritas kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi. Klien harus memiliki kepercayaan pada potensinya. Menyadari diriny, sadar dan bertanggung jawab atas sifat otonominya, perbuatannya, perasaan-perasaannya, pikiran-pikirannya.